Pada tanggal 30-31 Juli 2008 nanti adalah perayaan kedatangan Laksamana Cheng Ho yang ke 6003 dan akan digelar serangkaian acara di Klenteng Agung Sam Poo Kong, Gedung Batu, Kawasan Simongan, Semarang, Jawa Tengah. Detail Acaranya bisa dilihat di website Sam Poo Kong
Laksamana Cheng Ho (english: Zheng He) boleh disebut sebagai penjelajah laut yang tersohor dari Tiongkok, perjalananan dan namanya disejajarkan dengan nama besar penjelajah dunia lainnya seperti Marcopolo, Columbus dan Vasco de Gama. Armada kapal besarnya, meliputi dari kurun waktu 1405 hingga 1433 paling sedikit telah melakukan ekspedis sebanyak 7 (tujuh) kali dengan mengemban misi perdamaian mengunjungi 37 negara di belahan benua Asia dan Afrika.
Dalam menjalankan misi "Diplomasi Laut" ini Kaisar Yung Lo memberikan perbekalan dalam bentuk armada sejumlah 62 kapal besar dan 225 junk (kapal berukuran lebih kecil) dan ditopang 27.550 orang perwira dan prajurit termasuk didalamnya ahli astronomi, politisi, pembuat peta, ahli bahasa, ahli geografi, para tabib, juru tulis dan intelektual agama.
Nenek Moyang Kita adalah Pelaut
Kisah pelayaran Laksamana Cheng Ho memang sangat melegenda, tidak hanya menorehkan jejak sejarah yang mengagumkan di setiap negara yang dilaluinya (lebih lengkap bisa dilihat laporan Time dengan Tajuk The Asian Voyage: In teh Wake of the Admiral) tetapi juga telah memberikan ilham ratusan karya ilmiah baik fiksi maupun non-fiksi serta penemuan berbagai teknologi kelautan-perkapalan di Eropa khususnya pasca penjelajahan sang maestro. Legenda Sinbad Sang Pelaut yang begitu populer di Timur Tengah juga diinspirasi oleh kisah legendaris Cheng Ho ini.Anda bisa berpose dengan pakaian china dan di photo oleh tukang propesional
Satu-satunya bangunan yang berbentuk joglo (jawa) yang berpadu dengan china
Christopher Columbus, salah satu dari navigator dunia mungkin juga terinspirasi oleh Cheng Ho, dengan memberangkatkan kapal Santa Maria dan dua kapal besar lainnya pada awal perjalanannya dari Palos de la Frontera pada 3 Agustus 1492, itu artinya selisih 87 tahun lebih awal dengan perjalanan pertamanya armada Cheng Ho. Sangat dimungkinkan juga jika Cheng Ho juga dikenal baik dan akrab sama para Nenek Moyang kita yang juga dikenal sebagai Pelaut. Pasti mereka sempat kenalan, karena Cheng Ho pada 7 perjalanannya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa tempat di Nusantara, beberapa tempat diantaranya adalah di Jawa, Malaka, Palembang, Pahang, dan Sumatra.
perbandingan antara perahu Cheng Ho dengan kapal Sancta Maria
Meskipun berangkat dengan perangkat armada yang sangat besar, seperti layaknya siap untuk menaklukan dan berperang, tapi rupanya tidak terjadi "penaklukan" dalam ekspedisi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengangkat nama besar Dinasti Ming ke seluruh dunia. Sang Kaisar berharap dengan adanya ekspedisi ini negara-negara lain mengakui keberadaan Kaisar Cina sebagai "The Son of Heaven" (Putra Dewata)
Tiga Bangunan utama di Klenteng Agung Sam Poo Kong, lainnya masih dalam pengembangan
Orang Kasim yang Muslim
Terlahir dengan nama Ma He pada sekitar tahun 1371 M di Propinsi Yunan sebelah barat daya China, dia tumbuh dan dibesarkan sebagai masyarakat biasa di keluarga Muslim dengan marga Ma, nama marga yang merujuk dari Muhammad. Dan pada usia 10 tahun (1381 M), Ma He kecil beserta anak-anak lainnya ditangkap oleh tentara Cina yang menginvasi wilayah Yunan, yang berakhir sebagai tawanan untuk waktu berikutnya. kisah lengkap tentang kemusliman cheng ho
Monumen Sam Poo Kong yang dikelilingi oleh Prajurit setianya
Perjalanan sebagai tawanan akhirnya berakhir sebagai pelayan rumah tangga pangeran Zhu Di - anak keempat kaisar Cina, dan Cheng Ho dapat menempatkan posisinya sebagai pelayan khusus karena kecakapannya dalam bekerja. Pada zaman tersebut, konsekuensi sebagai tawanan, pelayan atau orang kepercayaan harus ditempuh sebagai orang kasim, laki-laki yang dengan terpaksa harus dikebiri (dibuang buah pelirnya) untuk alasan tertentu, yang awalnya adalah sebagai hukuman tradisional bagi para tawanan dan bahkan sebagai prasyarat untuk bisa bekerja di kalangan Kaisar Istana. Orang-orang kasim akan bisa diberi jabatan-jabatan tinggi dengan alasan mereka tidak akan bisa mempunyai anak, sehingga mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai dinasti baru. Sebuah angka yang cukup fantastik pada akhir Dinasti Ming, jumlah orang kasim saat itu pernah mencapai hingga 70.000 orang.
Empat Prajurit Cheng Ho, Salaman, kenalan om...!!
Kedekatannya dengan Zhu Di membuat Ma Ho tumbuh sebagai pemuda yang cakap dan tangkas, kemampuannya terus meningkat dari kemampuan melakukan diplomasi hingga penguasaan seni berperang, nama kecilnyapun akhirnya diubah menjadi Cheng Ho juga dilakukan oleh Pangeran Zhu Di. Posisi karirnya juga semakin menguat ketika pada 1402 Pangeran diangkat menjadi Kaisar China, sehingga menempatkan Ceng Ho sebagai Laksamana untuk melakukan ekspedisi pelayarannya yang pertama.
Bangunan utama tempat beribadah
Yusril dan Laksamana Cheng Ho
Agustus 2008 mendatang, Film yang mengisahkan tentang Laksamana Cheng Ho akan ditayangkan, dalam film tersebut mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra berperan sebagai Cheng Ho, didukung juga oleh mantan Menteri PDT Syaifullah Yusuf.
Apakah ini juga sekalian dipakai oleh Kang Yus sebagai alat kampanye politik menjelang menjelang pemilu 2009 nanti? Kalo ada yang berpikir seperti itu yah silahkan saja, begitu jawab Akang di Kompas. Tapi dapat dipastikan kalo Akang akan maju terus pantat mundur pada pemilihan calon Presiden Indonesia 2009 nanti, kalo Cawapres Kang? enggak ach kalo Cawapres. Wahh kalo gitu Cawapres biar saya isi yah Kang....sambut uconk dengan penuh harapan dan semangat dalam blognya sendiri hehehheehhe, daftarnya kemana yah Kang untuk pencalonan Cawapres?... disebelah loket gedung bioskop yang memutar film Laksamana Cheng Ho!! dan jangan lupa beli 2 tiket, tiket untuk nonton dan tiket jadi Cawapres!. Kumpul-kumpul duit dulu ach..
[youtube:http://www.youtube.com/watch?v=k6Ftajuaneo]
Tapi Film Drama Kolosal ini dikemas dalam 32 episode dengan masing-masing episodenya mempunyai durasi selama 50 menit. Film yang digarap bareng-bareng oleh perusahaan Thailand, China dan Indonesia, lokasi pengambilan gambar banyak dilakukan di China dan Thailand, 20% sisanya di Jakarta dan Jawa Barat. Dan klarifikasi dari preview episode Film Laksamana Cheng Ho, bahwa film ini akan diputar di salah satu Telivisi Nasional kita dan bukan di Gedung Bioskop seperti kata saya tadi diatas.
Pranala Terkait
- Klenteng Agung Sam Poo Kong (www.sampookong.com)
- International Zheng He Society (www.chengho.com)
- The Asian Voyage: In the Wake of the Admiral
sampookong |
jenengku chenk ung, sampeyan iki kan u chonk
BalasHapusputra dewata sama pulau dewata berhubungan tidak ya bos....??
BalasHapuspatungnya kok bengis ya..?
BalasHapusApa kesamaan antara Yusril dan cheng ho .. ??
BalasHapusijin copy paste bang...tertarik mo pelajari cheng ho nih...
BalasHapustrims, sebelum dan sesudahnya
Ceng ho....,kasihan banget yah...,ganteng2 kok d kebiri......,hmm..nama aslinya zheng he yah..?apa masih Punya Hubungan saudara sama zhang he d zaman 3 raja...?
BalasHapusCheng Ho di Nagarakrtagama
BalasHapusDalam buku Meluruskan Penyimpangan Sistematis Sejarah Majapahit, kedatangan Cheng Ho ke Jawa Majapahit merupakan bukti pembenaran data Nagarakrtagama karya Prapanca. Nagarakrtagama pupuh 83.4 mencatat utusan dari Cina, India, Karnataka (India Selatan), Goda (India Timur) dan Syangka (Siam) dikirim ke Majapahit. Utusan tersebut dipimpin oleh para pendetanya. Mereka datang untuk mengagungkan Raja Rajasanagara. Prapanca mencatat beberapa pemimpin utusan tersebut yang diantaranya adalah Bhiksu Buddhaditya dari Kancipuri Sadwihara India, dan Brahmana Mutali Sahrdayawat.
Pada tahun 1365 pada tahun Nagarakrtagama dibuat, wilayah Cina masih diduduki oleh bangsa Mongolia. Penyebutan utusan Cina yang datang ke Majapahit dan bukan utusan Tatar (pada masa Jawa Kuna bangsa Mongolia disebut sebagai bangsa Tatar) menunjukkan Majapahit menerapkan politik satu Cina dan bukan politik bebas aktif. Keberanian penerapan politik luar negeri Majapahit dipengaruhi oleh kemenangannya atas Dinasti Yuan (bangsa Mongolia) sebagaimana yang dicatat oleh Odorico di Pardenone tahun 1321.
Pada tahun 1368 selisih 3 tahun setelah pemberitaan Prapanca, Dinasti Ming yang berasal dari bangsa Han terbukti mampu mengusir bangsa Mongolia. Ini membuktikan pemihakan Majapahit atas merdekanya Cina berhasil.
Kedatangan Cheng Ho dan Ma Huan selanjutnya merupakan pembenar informasi Prapanca dan merupakan kelanjutan utusan sebelumnya. Menurut informasi Ma Huan rombongan utusan Cina ditempatkan di ’daerah’ 1,5 hari perjalanan darat dari Canggu. Daerah tersebut bukan merupakan Majapahit. Karena jarak Majapahit-Canggu ditempuh perjalanan darat selama 3 hari. Penempatan ini menempatkan utusan Cina sebagaimana utusan dari Sunda yang ditempatkan di Bubat. Bila Raja Sunda tidak berkenan datang tanpa pengawalan ke Majapahit karena menganggap kedatangan seperti itu sebagai tanda takluk, sehingga terjadi peristiwa Pasundan Bubat. Utusan Cina bersedia. Karena itu utusan para pendeta Cina yang datang tanpa pengawalan Cheng Ho dengan mudah kemudian terbunuh dalam peristiwa huru-hara di Majapahit.
Informasi Ma Huan tentang para pendeta yang datang ke Majapahit merupakan bukti kebenaran Informasi Prapanca dalam Nagarakrtagama. Bukan Cheng Ho yang diterima di Majapahit tapi pemimpinnya yaitu para pendeta.
Pejabat kita mestinya belajar dr ceng ho, yg setiap kwn, setia damai,setia pd negara,setia pd peraturan hkm,setia memharumkan negara,setia agama,setia tanggungjawab,setia pd kaisar, hebat kan,,kl ad pejabat skr bs spt org zaman dl,pasti dunia akn damai,
BalasHapus