Komposter Anaerob, sebagai permulaan sengaja saya pilih teknologi pengomposan yang tidak begitu rumit dan membutuhkan banyak persiapan (bakteri, media, mencacah, atau membalik) yang kalo diitung-itung malah jadi beban berat tersendiri dan malah berujung mengendorkan niat. Karena berawal dari bagaimana mengatasi sampah organik di rumah?, akhirnya memilih cara alami (tradisional) dengan meniru bagaimana hutan menyediakan pupuk alami untuk dirinya sendiri, tinggal menumpuk semua bahan organik pada tempat pengumpulan dan tinggal menunggu prosesnya hingga jadi untuk dimanfaatkan.
Sampah organik, diolah menjadi bermanfaat
Di rumah saya, sumber sampah terbesar berasal dari jenis sampah taman, berupa guguran daun pohon rambutan, daun dan gedebok pisang, rumput halaman, lidah buaya, beberapa jenis tanaman lainnya dan sedikit dari sampah dapur yang ikut menyumbang.
Bak sampah depan rumah rupanya sudah kelebihan beban dari kapasitas yang seharusnya dan itu sebagian besar adalah sampah organik, karena sudah tidak ada lagi tempat untuk menampung akhirnya ditumpuk di beberapa tempat. Semakin lama terlihat gak sedap dipandang, daun-daun berwarna coklat menggunung tidak teratur. Dari sinilah harus mulai dipikirkan oleh saya yang sebelumnya tidak pernah hobi tanam-menanam, tidak hobi bergaul dengan tanah dan lumpur, apalagi dengan sampah.
Persiapan Sederhana Komposter Anaerob
Sebagai pemula dan permulaan, yang saya pikirkan adalah mencoba mengatasi masalah tanpa masalah, bikin sesuatu yang sederhana dulu dan mudah melakukannya dipastikan tidak njelimet dan butuh biaya besar untuk mengawalinya.
Memulai dengan membuat Lubang Kompos dengan ukuran 60 x 80 cm dengan kedalaman sekitar 300 cm, dinding telanjang tanah polos tanpa plester semen. Semua sampah daun yang berserakan tadi langsung jadi penghuninya, banyak juga kapastitas muatnya. Saya bikin total ada 5 (lima) lubang komposter sebagai awalan di beberapa tempat terpisah. Dua lubang diantaranya ditempatkan didepan dapur, biar memudahkan mbaknya kalo buang sisa-sisa makanan atau olahan dapur yang organik.
Daun basah (segar) dan kering, pelepah dan gedebok pisang, rumput, sisa sayuran dapur, sisa olahan lidah buaya, nasi basi, buah busuk, bangkai ikan, semuanya saja yang berbau organik masuk ke lobang kompos, tanpa saya rajang kecil-kecil lagi tinggal ditumpuk dan diinjek biar lebih padat jika perlu.
Menanam Sampah & Bikin Tutup Komposter,
Jadilah semuanya di halaman rumah ada 5 lubang, 3 (tiga) lobang Komposter di area halaman belakang untuk menampung guguran daun dan sisa tanaman, dan dua lobang sengaja dibuat dekat dapur untuk memudahkan sampah organik buangan dari dapur.
Tidak akan bau, bahan baku untuk proses pembuatan kompos ini dalam prosesnya tidak akan menimbulkan bau tak sedap, karena sumber bahan utamanya sebagian besar dari sampah taman. Khusus dua lobang untuk tampungan sampah dapur, sedikit pengadukan perlu dilakukan agar sampah dari taman dan dapur bisa menyatu, biar tambah aman taburkan tanah bekas galian lobang untuk mencegah bau amis yang bisa mengundang tikus/kucing mengobrak-abrik bahan kompos ini.
Dikasih penutup biar lebih aman, awalnya saya biarkan aja terbuka. Namun kasusnya beda untuk dua lobang yang diperuntukan menampung sampah dapur (bekas makanan), musuh utama yang ini adalah lalat, kucing atau tikus yang masih tertarik menikmati apa saja yang menarik di lobang kompos kita.
Inilah kira-kira hal yang cukup sederhana bisa dilakukan dirumah, meminimalkan sampah organik keluar dari rumah kita dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat, tentu saja dengan cara-cara yang tidak rumit dan mudah dikerjakan oleh siapa saja. Alhamdulillah, pada prosesnya semua anggota dirumah juga turut ambil bagian, termasuk anak-anak. Bagi mereka, mengumpulkan dan membuang sampah pada lobangnya adalah bagian permainan yang cukup menarik.
Selanjutnya tinggal menunggu sampah kompos ini matang, perlu perlakuan perawatan 2-3 hari jika permukaan terlalu kering cukup diairi secukupnya, sekedar membasahi dan lembab untuk membantu proses pengomposan berjalan dengan baik.
Sumber bacaan, untuk tambahan wawasan dan informasi:
informasinya bermanfaat sekali Mas, aku izin pakai informasinya buat referensi yah...terima kasih...
BalasHapusdengan kedalaman sekitar 300 cm ==> 3 meter ?
BalasHapushahahah iya salah kang... sorryyy kagak sedalam itu.. kita ga lagi mau bikin gorong-gorong kok
Hapus